Pertanyaan ini sejak lama sudah saya tulis. Ketika hendak
menulis rencana desertasi saya tentang media sosial beberapa tahun silam,
pertanyaan tentang kesinisan di media sosial menjadi subtema bahasan yang
menarik. Cynicism atau sikap sinis memang muncul dalam pergumulan di media
sosial. Ada beberapa akar persoalan yang menurut saya perlu dipahami; 1) media
sosial menggambarkan realitas semu (artifisial realitiy); 2) media sosial
memprovokasi orang lain untuk menjadi sama; 3) media sosial memaksa orang
berkata kasar pada orang lain tanpa menyadari adanya identitas dan rekam jejak
digital.
Ketiga akar persoalan itu menurut saya yang kurang dipahami
oleh para pengguna media sosial. Baiklah, coba kita bincangkan satu demi satu
hal-hal diatas.
Pertama, media sosial menggambarkan realitas semu. Ini
menunjukkan bahwa tak semua yang tampil di media sosial merupakan kenyataan.
Lihatlah, beberapa teman anda yang sedang bepergian ke luar negeri atau ke
tempat-tempat menarik lainnya. Mereka memposting foto dan status di akun media
sosialnya. Pertanyaan penting, apa yang anda rasakan? Apakah ikut berbahagia?
Jika anda menjawab tidak (walau dalam hati) maka anda mungkin saja sudah
terjangkiti penyakit sinis. Maka anda kemudian berupaya untuk “menyaingi” teman
anda dengan hal-hal lain. Bisa saja kemudian muncul term “augmented realitiy”.
Ini berarti, anda menambahkan realitas semu, diatas realitas yang sedang
dialami.
Kedua, media sosial memaksa orang lain untuk melakukan hal
yang sama. Ini bermaksud bahwa semua orang akan berprilaku sama. Mempunyai
nilai yang sama. Mempunyai kedudukan yang sama. Dalam beberapa tulisan, saya
menyampaikan tentang fenomena homophily yang menjadi pandemi di media sosial.
Homophily dalam media sosial membuat para pengguna internet menjadi tidak
nyaman berteman dengan orang-orang yang heterophily.
Ketiga, media sosial telah mengajak orang lain berkata kasar
dan melupakan identitas dan rekam jejak digital. Ini terjadi dibanyak pengguna
internet. Mereka lupa bahwa apa pun yang ditulis, dilihat dan dikomentari di
media sosial mempunyai jejak. Perkataan kasar akan tetap membekas di media
sosial dan akan selalu meninggalkan bekas.
Nah, penjelasan singkat tentang kesinisan di media sosial
ini, paling tidak bisa memberikan sedikit pemahaman pada kalian. Sinis sih
boleh, tapi ingat, kesinisan juga harus diimbangi dengan kreativitas. Tanpa
itu, bisa jadi anda hanya tinggal nama di media sosial.
No comments:
Post a Comment