Monday 6 March 2017

Internet Membuatmu Sinis?


Pertanyaan ini sejak lama sudah saya tulis. Ketika hendak menulis rencana desertasi saya tentang media sosial beberapa tahun silam, pertanyaan tentang kesinisan di media sosial menjadi subtema bahasan yang menarik. Cynicism atau sikap sinis memang muncul dalam pergumulan di media sosial. Ada beberapa akar persoalan yang menurut saya perlu dipahami; 1) media sosial menggambarkan realitas semu (artifisial realitiy); 2) media sosial memprovokasi orang lain untuk menjadi sama; 3) media sosial memaksa orang berkata kasar pada orang lain tanpa menyadari adanya identitas dan rekam jejak digital.

Ketiga akar persoalan itu menurut saya yang kurang dipahami oleh para pengguna media sosial. Baiklah, coba kita bincangkan satu demi satu hal-hal diatas.

Pertama, media sosial menggambarkan realitas semu. Ini menunjukkan bahwa tak semua yang tampil di media sosial merupakan kenyataan. Lihatlah, beberapa teman anda yang sedang bepergian ke luar negeri atau ke tempat-tempat menarik lainnya. Mereka memposting foto dan status di akun media sosialnya. Pertanyaan penting, apa yang anda rasakan? Apakah ikut berbahagia? Jika anda menjawab tidak (walau dalam hati) maka anda mungkin saja sudah terjangkiti penyakit sinis. Maka anda kemudian berupaya untuk “menyaingi” teman anda dengan hal-hal lain. Bisa saja kemudian muncul term “augmented realitiy”. Ini berarti, anda menambahkan realitas semu, diatas realitas yang sedang dialami.

Kedua, media sosial memaksa orang lain untuk melakukan hal yang sama. Ini bermaksud bahwa semua orang akan berprilaku sama. Mempunyai nilai yang sama. Mempunyai kedudukan yang sama. Dalam beberapa tulisan, saya menyampaikan tentang fenomena homophily yang menjadi pandemi di media sosial. Homophily dalam media sosial membuat para pengguna internet menjadi tidak nyaman berteman dengan orang-orang yang heterophily.

Ketiga, media sosial telah mengajak orang lain berkata kasar dan melupakan identitas dan rekam jejak digital. Ini terjadi dibanyak pengguna internet. Mereka lupa bahwa apa pun yang ditulis, dilihat dan dikomentari di media sosial mempunyai jejak. Perkataan kasar akan tetap membekas di media sosial dan akan selalu meninggalkan bekas.

Nah, penjelasan singkat tentang kesinisan di media sosial ini, paling tidak bisa memberikan sedikit pemahaman pada kalian. Sinis sih boleh, tapi ingat, kesinisan juga harus diimbangi dengan kreativitas. Tanpa itu, bisa jadi anda hanya tinggal nama di media sosial.



No comments:

Post a Comment