Tuesday 23 February 2016

Wangi Surga di Balik Uhud

Anas bin an-Nadhar menyesal setengah mati. Ia tak bisa ikut bersama berperang ketika Baginda Rasululloh memimpin di Perang Badar. Karena sebuah alasan, berhari-hari ia menyesali ketidakikutsertaannya dalam jihad itu.
Suatu hari, sambil berlinang air mata, dia mendatangi Baginda Rasululloh.
“Wahai Rasululloh, aku tidak ikut saat pertama kali engkau berperang menghadapi kaum musyrikin. Seandainya Allah memperkenankan aku dapat berperang melawan kaum musyrikin, pasti Allah akan melihat apa yang akan aku lakukan”, katanya dengan wajah takzim.
Selang setahun kemudian, Anas mendapati kabar akan adanya pertempuran di Bukit Uhud. Dengan bersemangat ia mempersiapkan diri. Baginya, inilah kesempatan untuk melaksanakan jihad.
Maka setelah bergabung dengan 700 bala tentara yang dipimpin Rasululloh, Anas bin an-Nadhar,  maju ke medan pertempuran.  Dalam perjalanan menuju Bukit Uhud, dia mendatangi Sa’ad bin Mu’adz. 
“Wahai Sa’ad sungguh aku mencium wanginya surga dari balik Bukit Uhud itu”, katanya.
Lalu setelah itu Anas dan Sa’ad berpisah. Pertempuran hebat terjadi. Tentara kafir berjumlah 3 ribu orang berhadapan dengan tentara muslim yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Tentara kafir dipimpin Abu Sufyan bersemangat untuk menyelesaikan pertempuran secepatnya. Dan akhirnya, memang tercatat bahwa tentara muslim kalah. Anas an-Nadhar menjadi salah satu korban yang wafat di perang tersebut, selain Hamzah, paman Rasululloh.
Lalu, jasad Anas ditemukan dengan luka sebanyak delapan puluh lebih sabetan pedang atau tikaman tombak atau terkena lemparan panah. Tentara kafir juga telah memutilasi jasadnya sehingga tidak ada seorangpun yang bisa mengenalinya kecuali saudari perempuannya yang mengenali jari-jemarinya.
Dan, Anas bin an-Nadhar sudah menuntaskan hidupnya dengan mati sahid di Perang Uhud.
Medan, 22 Februari 2016

No comments:

Post a Comment