Tuesday 23 February 2016

Menantang Al-Hakam di Badar


"Kudengar ia suka mencaci maki Rasululloh SAW, demi Alloh yang diriku di tanganNya, jika aku sudah melihatnya, takkan kubiarkan ia lolos hingga siapakah di antara kami berdua yang terlebih dahulu mati..!"

Kalimat berani nan heoik itu keluar dari mulut seorang remaja berusia 14 tahun di tengah pertempuran Perang Badar. Adalah Mu'adz bin Amr bin Jamuh yang mengatakan hal itu pada pamannya, Shalih bin Ibrahim bin Abdurrahman. Mendengar perkataan Mu'adz yang dingin itu, Shalih seolah tak percaya. Ketika itu mereka sedang berada di garis depan pertempuran Badar. Baru saja sepasukan tentara muslim merangsek maju berperang menghadapi satu batalyon tentara Quraish.

Sambil bersiaga dibalik batu-batu gunung, Shalih diapit oleh Mu'adz dan Mu'awwid bin Afra'. Keduanya masih berusia belia. Namun semangat mereka untuk ikut berjihad berperang di pertempuran Badar berkobar-kobar.

"Wahai paman, tunjukkan padaku mana yang namanya Abu Jahal?" tukas Mu'adz sedetik kemudian. Shalih tertegun. Matanya tak percaya menatap dua pemuda Anshor itu.

"Jika bertemu dengan Abu Jahal, apa yang akan kalian lakukan?" tanyanya sejurus kemudian.

Lalu keluarlah ucapan diatas yang merupakan kalimat tegas atas pembelaan kaum Anshor terhadap Baginda Rasululloh.

Shalih kemudian memandang berkeliling mencari keberadaan Abu Jahal. Matanya menelisik satu demi satu tentara Quraisy yang sedang bertempur di lembah Badar. Matanya kemudian menemukan sesosok yang dikenalnya sebagai Abu Jahal. Ketika itu, Abu Jahal sedang menaiki kuda. Ia dikelilingi para pengawalnya. Mereka melindungi Abu Jahal atau yang sering dipanggil Al-Hakam dari gempuran tentara muslim. Para pengawal Al-Hakam adalah prajurit pilih tanding yang sudah terkenal keahliannya. Maka itu, sangatlah sulit menyentuh sosok Al-Hakam. Shalih tahu hal itu.

Lalu, tanpa berkata apapun, ia kemudian menunjuk jarinya pada sosok di bawah sana. Mu'adz dan Mu'awwid menatap tajam ke arah telunjuk Shalih. Mereka memastikan bahwa sosok yang ditunjuk itu benar adalah tokoh yang selama ini selalu menyakiti Baginda Rasulluloh.

Tanpa menunggu lama, keduanya kemudian berhamburan ke medan pertempuran. Mata keduanya menatap tajam sosok yang sedang berada di atas kuda. Semakin mendekati medan pertempuran, Mu'adz dan Mu'awwid mau tak mau harus menghadapi gempuran beberapa tentara Quraisy. Menggunakan keahlian mereka bermain pedang, beberapa tentara berhasil mereka robohkan. Lalu mereka terus merangsek maju mendekati sosok Al-Hakam. Dan akhirnya kesempatan itu datang.

Mu'awwid secepat kilat langsung menyabet kaki kuda yang dinaiki Al-Hakam. Kedua kaki kuda itu putus seketika. Al-Hakam tersentak dan terpelanting dari kuda. Para pengawalnya berupaya menolong. Namun, belum sempat mereka menjangkau Al-Hakam, Mu'adz menyerang dengan sengit. Pedangnya berkelebat menyambar kaki Al-Hakam dan langsung mengamputasi kaki kanannya. Mu'awwid kemudian kembali menambahi serangan kepada Abu Jahal. Tanpa diduga, dari samping, muncul Ikrimah bin Abu Jahal yang datang menolong ayahya. Pedangnya menyambar lengan kanan Mu'adz. Seketika, lengan Mu'adz terkoyak parah dan hanya menyisakn kulit yang menggantungnya. Melihat Mu'adz terluka, Mu'awwid kemudian menyerang Ikrimah. Mereka terlibat pertarungan sengit. Para pengawal Al-Hakam juga kemudian menyeroyok Mu'adz. Dalam keadaan terluka, Mu'adz tetap melakukan perlawanan. Lengannya yang hampir putus tergantung-gantung di belakang tubuhnya. Tapi tak lama, meras terganggu, Mu'adz kemudian mengambil keputusan memotong sendiri lengannya. Setelah itu ia kembali bertarung dengan para tentara Quraisy.

Alkisah, tentara muslim akhirnya memenangkan pertempuran Badar. Abu Jahal atau Al-Hakam tewas dalam pertempuran itu. Mu'adz dan Mu'awwid mendatangi Baginda Rasululloh dan melaporkan bahwa mereka telah membunuh Abu Jahal. Kedua sahabat Anshor itu kemudian mengikuti perjalanan Baginda Rasululloh dalam setiap kesempatan. Mereka menjadi bagian yang tak mungkin dilupakan dalam lintasan sejarah.

Medan, 22 februari 2016

No comments:

Post a Comment