Thursday, 23 July 2015

#SaveGatot atau #SaveSumut


Entah kebetulan atau memang kutukan, saya tak pernah bisa mengarang cerita, ketika suatu malam, beberapa hari lalu, anak saya, Alief Ahsan Aditya, bertanya tentang sebuah kabar. Ia bertanya soal berita yang dibacanya di media-media mainstream terkait Gubernur Sumut Gatot Pudjonogroho (GPN) yang diperiksa KPK. Menahan rasa malu, saya menceritakan beberapa hal terkait sang gubernur ini. Tapi sungguh, tidak semuanya bisa saya ceritakan. Saya sejatinya malu.

Rasa malu saya tentu karena ada dua gubernur (kami) yang diperiksa di KPK. Dan tak mustahil, GPN akan segera menyusul jejak sang Datuk Syamsul Arifin untuk mendekam ditahanan KPK. Tapi sungguh, saya tak mau mendoakan itu terjadi. Bagi saya, jika GPN ditahan KPK, maka ini akan sangat merugikan nama baik Sumut. Bayangkanlah, seorang rekan saya di Jakarta menyatakan bahwa sulit menemukan orang bersih di Sumut. Alasannya melakukan penjenerelasasian itu didasari fakta bahwa ada 2 walikota di Medan yang terpaksa mendekam di penjara ditambah seorang wakil walikota nya.

Selain itu, Syamsul Arifin, Gubernur Sumut periode 2008-2013 juga harus merasakan dinginnya jeruji besi lembaga anti rusuah. Fakta-fakta itulah yang kemudian membuat beberapa orang (saya berharap tak banyak) berpikir, kalau jadi pejabat di Sumut pasti korup. Ini sungguh keji. Ini sungguh tak masuk akal. Dan ini harus dilawan. KPK tak seharusnya membiarkan GPN tersandera dengan status saksi. Segeralah tuntaskan kasus ini. Jangan siksa masyarakat Sumut dengan menempelkan stempel buruk di kening, bahwa; ini lho, gubernurmu masih kami periksa!

Jika memang GPN bersalah, ya segera saja ditahan, disidangkan dan dibuktikan bahwa ia bersalah. Itu akan sangat membahagiakan kami, ketimbang seperti sekarang ini. Kalau pun,  dia tak terlibat, tidak bersalah, lha segera saja diputuskan. Dipulihkan nama baiknya. Dijelaskan bahwa, GPN atau pun Evy Susanti (madunya ibu Sutiyas) itu tak punya kaitan apapun dengan OC Kaligis, Gerry atau para hakim PTUN Medan yang lagi sial itu.

Sebagai bagian dari masyarakat Sumut, saya hanya ingin kami dipimpin seorang pemimpin yang amanah. Pemimpin yang tak munafik. Pemimpin yang selalu bilang bahwa jabatan itu titipan tapi berupaya menghalalkan segara cara untuk meraihnya. Pemimpin yang tak lupa bahwa ia juga pernah kere dan miskin. Pemimpin yang (kalau dia pernah jadi ustadz) bisa mengamalkan ajaran Al-Quran secara utuh.

Kepada Pak GPN, saya cuma turut prihatin dengan apa yang sedang anda alami. Sungguh ini cobaan bagi anda dan keluarga. Yakinlah, bahwa janji Alloh dalam surat An-Nasr yang menyatakan dibalik kesusahan itu ada kebahagian, merupakan hal yang tak pernah ingkar. Semoga anda tabah, kuat dan tak cengeng menghadapi ini semua. Sebagai lelaki, apalagi yang beristeri dua, saya yakin anda lelaki sejati. Hadapi semua ini dengan tegar. Buktikan bahwa anda tak bersalah serta tak tahu soal BDB, Bansos atau sebagainya. Pandai-pandailah menggunakan alasan, jagalah raut wajah anda dengan baik, jangan terpancing emosi. Bersandiwaralah kalau memang itu diperlukan. Dan setelah ini semua terlewati segeralah pimpin Sumut sampai 2018. Terimakasih. #SaveGatot #SaveSumut

No comments:

Post a Comment