Sunday, 1 February 2015

PK, Anekdot Ketuhanan

Pernah film india berjudul PK. Film yang dibintangi Aamir Khan dan Anuskha Sharma yang dirilis pada penghujung 2014 ini layak ditonton sebagai hiburan. Walau mengambil tema soal ketuhanan, tapi paparan dalam film ini sangat ringan dan mudah dipahami. Komedi satire, bisa jadi itu sebutan yang tepat untuk film ini.

PK (Aamir Khan) yang merupakan makhluk alien dari planet lain diceritakan datang ke bumi. Namun ketika menginjakkan kakinya pertama kali di bumi, PK harus kehilangan "remote control"nya. Darisinilah perjalanan panjangnya bertualang di bumi India. Di tempat lain, Jagat Janani atau Jagu (Anuskhan Sharma) yang sedang belajar di Belgia jatuh cinta dengan Sarfraz Yusuf (Sushant Singh), seorang mahasiswa Pakistan yang muslim. Kisah cinta Jagu dan Sarfraz berakhir dan disimpan untuk jadi pamungkas film ini.

Film berpenghasilan terbesar sepanjang sejarah perfilman Boolywood ini bisa jadi laris karena ide yang diusungnya menarik. Berbanding terbalik dengan penghasilannya, film PK juga menuai banyak protes. Ada yang menganggap film ini melecehkan agama tertentu karena memang pengambilan gambarnya di beberapa rumah ibadah.

Diluar soal penghasilan dan protes, film apik ini melontarkan ide perdamaian. Cara manusia pada umumnya bertuhan melalui agama, menjadi satire. Agama sama sekali tak diolok-olok dalam film ini, malah agama tetap digambarkan sebagai sesuatu yang suci. PK harus diakui berhasil menyindir soal kemiskinan, moral dan keserakahan para pemuka agama. PK memang mencari tuhan dan akhirnya menyadari bahwa tuhan adalah sutradara paling hebat dalam perjalanan hidupnya.

Saya menonton film ini sampai dua kali dan menikmati kelucuan yang tampil. Tengoklah soal mobil goyang yang memberi penghasilan pada Pk untuk bertahan hidup. Juga lihat juga bagaimana PK merantai sendal jepitnya karena takut hilang.

Kekonyolan lain soal PK yang mengejar-ngejar Dewa Siwa yang dianggapnya bertanggung jawab soal dirinya. Pertanyaan lugu soal kondom juga mengalir tanpa kesan porno.

"Aku heran kenapa soal kondom ini tak ada yang mengaku memiliki?" tanya nya.

Kondom yang dianggap alat untuk membatasi populasi manusia. PK pun masih bingung bagaimana benda itu sangat penting. Pernyataan lucunya adalah bahwa pesta pernikahan bisa diartikan sebagai pengumuman bahwa yang menikah akan melalukan hubungan seks. Tak ada yang membantah pernyataan ini. Pernyataan lugu dan penuh makna.

Debat PK dan Tapasvi Maharaj (Saurabh Shukla) menjadi scene pamungkas dalam film ini. Kisah Jagu dan  Sarfraz yang mengharu biru membuat film ini terasa romantis. Akhirnya pun happy ending Jagu dan Sarfraz bersatu dan PK mendapatkan "remote control"nya.

Happy ending menjadi akhir dari film ini. Dan setelah itu, semuanya tersenyum. Dan saya pun tertawa mengingat scene demi scene film ini. Luar biasa!

Minggu, 1 Februari 2015

No comments:

Post a Comment