"Seberapa indah mimpi, jika tetap mimpi?"
Seno Gumira Ajidarma.
Tulisan itu saya baca pagi dini hari, Rabu, 6 November 2013. Ketika itu, saya sudah berada di ranjang dan bersiap tidur. Dari layar smartphone yang sejak tadi ada di genggaman, saya membaca tulisan itu. Entah kenapa, saya kemudian membuka notebook kesayangan saya, dan mulai menulis. Ya, saya ingin menulis tentang mimpi, pagi ini.
Saya mempunyai banyak mimpi dalam kehidupan ini. Dulu, ketika SMA tahun 1992-1995, mimpi saya sederhana: saya ingin jadi penulis cerpen. Sejak SMA saya memang terinspirasi dengan tulisan-tulisan Seno Gumira Ajidarma, Gola Gong, Karl May dan Remy Silado. Karya-karya mereka mengisi deretan buku di perpustakaan kecil kamar saya.
Saya masih ingat persis, ketika cerpen pertama saya dimuat di Harian SIB. Sayang, saya lupa judul cerpennya, tetapi yang saya ingat adalah sensasi ketika cerpen itu dipuji oleh guru Bahasa Indonesia saya. Beliau memberi semangat agar saya lebih tekun menulis sembari mengumumkan di depan kelas bahwa saya layak dinobatkan jadi cerpenis.
Mimpi menjadi penulis cerpen saya pupuk terus. Saya membuat jadwal ketat bahwa saya harus menulis cerpen setidaknya sepekan sekali. Tapi ya namanya remaja, saya lebih sering tidak disiplin dalam menulis. Saya lebih sering ngobrol ketimbang menulis. Lebih sering pacaran ketimbang membaca. Lebih senang jalan-jalan ketimbang merenung sambil mencari inspirasi.
Ketika memutuskan untuk memasuki dunia jurnalistik, saya pun mempunyai agenda tersembunyi untuk suatu saat akan menulis sastra. Saya kadang masih menulis puisi, cerpen dan essai. Semuanya tentunya dalam rangka mewujudkan mimpi.
Ah, pagi ini, sebelum tidur, saya kemudian tiba-tiba lagi teringat mimpi menjadi sastrawan itu. Di tengah kesibukan dan rutinitas saya sebagai pengawas pemilu dan pengajar ilmu komunikasi, saya tiba-tiba merindukan sastra. Kerinduan itu hanya terobati dengan mimpi, bahwa suatu saat saya akan kembali ke dunia itu. Ah, mudah-mudahan itu pun bukan sekedar mimpi. Kalaupun itu hanya mimpi, seperti dikatakan Seno Gumira Ajidarma, saya ingin merasakan indahnya bermimpi, walau tetap saja mimpi.
Medan, 6 November 2013
No comments:
Post a Comment