Suatu hari di bulan September, saya dihubungi Yulhasni lewat telepon seluler. Ia merupakan senior sekaligus sahabat saya. Senior karena ia lebih dulu jadi wartawan ketimbang saya. Dulu bahkan kami pernah sekantor bekerja di sebuah harian lokal di Medan. Sahabat karena usai tak menjadi wartawan lagi, saya dan Yulhasni berteman akrab.
Dalam percakapan singkat lewat telepon itu, Yulhasni meminta bertemu. Ia mengatakan juga akan mengajak Arifin Siregar, sahabat kami juga. "Kita cakaplah dulu. Kita buat tim untuk aku jadi anggota KPU Sumut," kata Yul (panggilan akrabnya) dengan logat Minang yang cepat.
Saya mengiyakan saja. Jadilah diatur pertemuan bertiga di Singapore Station, Jalan H Adam Malik, Medan. Yul kemudian bercerita keinginannya untuk masuk menjadi calon anggota KPU Sumut. Mendengar itu, saya dan Arifin Siregar, menyambutnya dengan gembira. Kami berdua mendorong Yul untuk segera mendaftar sebagai calon anggota KPU Sumut.
Dalam pertemuan selepas maghrib hingga jelang tengah malam itu, kami mendiskusikan banyak hal. Mulai dari soal teknis pendaftaran hingga soal bagaimana melakukan lobi agar Yul bisa lolos dan duduk sebagai anggota KPU Sumut.
Saya masih ingat betul apa yang dikatakan Arifin,"Ini saatnya kita yang menjadi penyelenggara pemilu di Sumut. Setelah si Aulia (saya) jadi anggota Bawaslu Sumut, kini giliran bang Yul lah," kata Arifin dengan gaya Tapselnya.
Saya tertawa saja mendengar cakap Arifin. Hubungan Saya, Yul dan Arifin memang sudah terbangun sejak tahun 1998. Kami sama-sama wartawan dulunya. Dan kini sudah sama-sama "pensiun" sebagai wartawan dan memilih berprofesi sebagai dosen. Arifin kini menjadi dosen Kopertis di UMSU, sama dengan Yul. Tapi beda status. Jika Arifin, merupakan PNS, Yul hanyalah dosen tetap UMSU.
Usai pertemuan panjang malam itu, kami masing-masing mengatur strategi. Yul menyiapkan bahan-bahan pendukung baginya untuk melamar sebagai calon. Saya dan Arifin, kasak-kusuk memberi dukungan moral bagi Yul. Seingat saya ada dua atau tiga kali kami kemudian intens bertemu di tempat yang sama.
Sampai akhirnya, kabar gembira itu hadir. Yul dinyatakan lolos 10 besar calon KPU Sumut. Kami bergembira. Tinggal selangkah lagi. Lobi-lobi terus ditingkatkan. Segala jaringan dimanfaatkan. Tak sia-sia, Yul akhirnya berhasil lolos masuk menjadi anggota KPU Sumut.
Dalam sebuah pertemuan, usai diumumkan sebagai calon anggota KPU Sumut, Yul saya lihat masih mengenderai sepeda motor. Berkelar saya bilang, "Nanti kalau sudah dilantik gak cocok lagi kalau anggota KPU Sumut masih naik kereta."
Yul hanya tertawa mendengar cakap saya. Yul memang orang yang sederhana. Dulu ketika menjadi Ketua Panwas Kota Medan, ia mendapatkan mobil Daihatsu Espass. Darisanalah ia kemudian belajar mengenderai mobil. Maka saya tak khawatir lagi, jika diberi mobil dinas, Yul pasti akan segera memakainya.
Ditengah hiruk-pikuk persoalan kepemiluan, saya masih sering menghubungi Yul. Baik lewat BBM atau SMS. Ia memang pribadi yang menarik. Sebagai senior dan sebagai sahabat, saya menghormatinya. Semoga Yul sukses meniti karir sebagai anggota KPU Sumut. Selamat bekerja bang Yul.
Medan, 2 November 2013
No comments:
Post a Comment