Thursday, 7 November 2013

Angon Mongso

Sebagai orang Jawa (walaupun lahir di Sumatera), saya mempunyai ikatan batin yang sangat kuat dengan beragam falsafah Jawa. Sejak saya mulai remaja, beberapa falsafah Jawa menjadi pegangan saya. Sebut saja, rawe-rawe rantas, malang-malang putung. Atau yang sering terdengar adalah Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Falsafah Jawa itu seperti menjadi way of life saya dalam menjalani karir dan kehidupan ini.

Seiring bertambahnya usia dan karir, saya kemudian mengenal beberapa falsafah Jawa yang jika saya renungkan, bermakna sangat dalam. Angon Mongso yang artinya menunggu saat yang tepat untuk bertindak merupakan falsafah Jawa yang saya sukai. Dalam falsafah Angon Mongso ini terkandung makna, seorang Jawa tidak boleh bertindak gegabah dan sombong. Jika direnungkan secara mendalam, Angon Mongso juga menampilkan sisi-sisi humanis dari seorang Jawa yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain, ketimbang kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, sifat-sifat egoisme harus ditekan serendah mungkin. Jika seorang Jawa memahami falsafah ini, ia akan lebih merasakan dan mendengarkan pendapat orang lain.   

Walaupun terlihat sangat mengalah, falsafah Angon Mongso menyimpan makna ketegasan. Bahwa seorang Jawa, dititik nadir sikap mengalahnya, juga menunggu saat yang tepat untuk memberikan sikap tegas. Menunggu saat yang tepat untuk bertindak yang tepat, demi alasan yang tepat.


Medan, 6 November 2013


No comments:

Post a Comment