Urusan mobil dinas memang pelik. Jika bermobil buruk, dianggap tak bonafit. Jika bermobil mewah dianggap boros dan menghambur-hamburkan duit. Cerita soal mobil dinas Walikota Medan, Rahudman Harahap memang unik. Sebagai orang yang “sering” keluar-masuk rumah dinas Walikota Medan di Jl Sudirman No 32, saya memang menyaksikan mobil-mobil mewah terparkir di garasi. Ada Land Cruiser, Camry dan lain sebagainya. Mobil-mobil itu berjajar di garasi rumah dinas dan bersih kilat.
“Tak semua itu mobil dinas. Ada juga mobil pribadi,” kata Pak Rahudman ketika kami iseng-iseng bertanya tentang mobil-mobil itu.
“Jadi bisa saya pinjam, pak?” tanya kami lagi sambil tersenyum.
“Tidak boleh kalau yang mobil dinas. Hanya walikota yang boleh memakainya,” tukas Pak Rahudman dengan cepat.
Wajar. Ketegasan Pak Wali tidak memperbolehkan siapapun di rumahnya atau keluarganya, memakai mobil-mobil milik pemerintah itu sudah ditunjukkan sejak lama.
“Kalau mau mobil ya pakai mobil pribadi saja. Ngapain pakai mobil dinas,” katanya pada kami di lain waktu.
Pak Wali memang punya sederet mobil pribadi seperti jenis Altis, Innova atau Avanza. Anak-anaknya pun bukanlah “kere” karena punya beberapa mobil seperti Jazz atau X-Trail. Bahkan, yang membuat saya sering terkejut adalah, Bu Yusra Siregar, istri Wali Kota Medan, yang kerap bawa mobil pribadi sendiri kemana-mana. Mau tahu jenisnya: Avanza!
Kembali ke soal mobil dinas, saya memang tak tahu persis mobil mana saja yang mobil dinas atau dalam arti dibeli dengan duit pemerintah, serta mana yang mobil pribadi. Tapi urusan tak menggunakan mobil milik pemerintah untuk seluruh urusan atau anggota keluarga, sudah ditunjukkan Pak Wali.
Suatu hari, kami bahkan sempat terkejut. Ceritanya, sore itu kami baru tiba di rumah dinas Pak Wali. Baru turun dari mobil, kami lihat Pak Wali bergegas keluar rumah.
“Anak si Dedi sakit. Aku mau lihat cucuku itu,” katanya.
“Mobil. Mana mobil,” teriak Pak Rahudman.
Para staf di Rumah Dinas Wali Kota pun jadi sibuk mendengar teriakan Pak Wali. Seorang ajudan, kemudian bergegas mengambil kunci mobil dinas Camry BK 1 D.
“Udah pakai mobil biasa saja. Biar cepat,” kata Pak Wali lagi.
Tak sampai satu menit, ajudan tadi sudah menyalakan mesin Innova dan membawa kami didalamnya.
Pak Wali bukan hanya tak menghiraukan mobil dinas mewahnya. Ia disaat-saat tertentu lebih suka tampil apa adanya. Jadi kok masih ngeributin mobil dinas ya?
No comments:
Post a Comment