Tugas Cak Ali memang memijat. Seingat saya dulu ia menyambangi kantor detikcom di kawasan Lebak Bulus setiap malam Rabu dan Jumat. Demikian juga ketika detikcom boyongan pindah kantor ke Wisma Pondok Indah. Cak Ali ikut pindah "ngantor" kesana.
Urusan pegal, capek, keseleo, bagi wartawan detikcom sih urusan sepele. Liputan sampai pagi nunggui Tommy Soeharto yang mau dieksekusi Antashari Azhar (ketika itu Kajari Jaksel) gak masalah. Selama masih ada Cak Ali, masalah capek dan letih selesai!
Saya jarang menemui pijatan senikmat yang dilakukan Cak Ali. Waktu pertama kali pijat sih emang sumpah mampus gak mau lagi. Eh, tapi untuk yang kedua kali, malah ketagihan. Itulah kehebatan Cak Ali. Sering kalau sedang dipijat saya ngobrol bareng Cak Ali. "Tukang Pijat" satu ini emang TOP. Hobinya dengar musik kayak Metallica. Telinganya awas dengan speaker macam JBL atau Bose. Seleranya lumayanlah untuk seukuran tukang pijat.
Cak Ali dan saya bersahabat bahkan seperti keluarga. Anak saya, Alief Ahsan sejak bayi sudah dipegang jari-jari Cak Ali. Sampai sekarang Alief sampai ketagihan di pijat Cak Ali. "Enqak kalau dipijat sama Cak Ali," kata Alief.
Cak Ali ini setahu saya bukan hanya menguasai urusan pijat-memijat. "Keahlian saya sebenarnya totok saraf," katanya pada saya suatu hari. Maksudnya? "Ya saya memang belajar khusus tentang totok saraf. Jadi kalau mijit untuk capek-capek atau keseleo sih, belum keluar ilmu saya," katanya tanpa bermaksud sombong.
Menurut Cak Ali, totok saraf bisa membantu menyembuhkan stroke dan berbagai macam penyakit. Metode pengobatan ini diyakini Cak Ali bisa menolong para penderitanya. "sudah banyak buktinya kok," tukas Cak Ali. Bahkan, penyanyi sekelas Rosa pun katanya pernah pijat dengannya. Wow....
Demikian sedikit testimoni saya tentang Cak Ali. Berminat memakai jasanya, ia bermukim di sekitar Pamulang. Bisa dikontak lewat twitter @chobilgaz. Kerenkan, tukang pijat pakai twitter. Moga sukses ya Cak. Salam dari Medan.
No comments:
Post a Comment