Hari-hari ini (mungkin) adalah hari yang menggembirakan bagi Pak
Jokowi. Walaupun jabatan itu amanah, tapi tetap saja pertarungan
Pilkada Gubernur DKI Jakarta yang diungguli Pak Jokowi tetap patut
dirayakan.
Kini dengan status Gubernur DKI Jakarta terpilih versi
quick count, Pak Jokowi kini tak lagi berdebar. Kemarin, saat muncul
di TV One bersama isteri, Pak Jokowi mengaku bahwa kini baru terasa
capek. Ya, capek tapi tetap saja bahagia.
Pak Jokowi yang terhormat, saya memang bukan penduduk Jakarta. Maka
itu saya tak ikut menggunakan hak pilih. Saya juga bukanlah pendukung
anda, walaupun saya simpati pada cara-cara anda memimpin Kota Solo.
Tapi, Jakarta adalah magnet. Jakarta adalah “gadis cantik” yang tak
mungkin tidak diimpikan orang seantero Indonesia ini.
Di Jakarta pula saya pernah hidup lebih dari tujuh tahun. Bahkan
disana pula dua ari-ari anak saya dikuburkan. Maka itu, apapun yang
terjadi di Jakarta, saya merasa ikut terpanggil untuk mencermatinya.
Ada hubungan kebatinan yang kuat antara saya dan Jakarta.
Pak Jokowi yang terhormat, menjadi Gubernur DKI Jakarta bukanlah tugas
enteng. Anda pasti sadar bahwa Jakarta tidaklah seperti Solo. Dan Solo
jelas bukan miniatur Jakarta. Ada spasi perbedaan yang sangat panjang
antara keduanya. Jakarta jelas merupakan “rimba belantara” yang penuh
dengan berbagai macam soal. Jakarta adalah biang dari semua persoalan
di negeri ini.
Menjadi Gubernur DKI Jakarta adalah sebuah jabatan bergengsi nan
terhormat. Sejak dulu, jabatan Gubernur Jakarta diklaim sebagai
jabatan setingkat menteri. Maka itu, boleh dikata, anda melakukan
lompatan yang luar biasa dalam karir anda sebagai Walikota Solo.
Pak Jokowi yang terhormat, saya hanya ingin mengatakan, usai
hiruk-pikuk Pilkada DKI Jakarta ini, anda akan dihadapkan dengan ragam
persoalan pelik tentang Jakarta. Mungkin anda tak akan sempat lagi
“jalan-jalan” keluar negeri (seperti dulu) karena disematkan sebagai
Walikota Terbaik di dunia. Anda juga (mungkin) tak akan lagi sempat
show dengan mobil ESMEKA seperti yang pernah anda lakukan. Anda akan
berhadapan dengan jajaran birokrasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
yang sangat besar jumlahnya. Walaupun saya yakin, anda sudah punya
pengalaman yang cukup meng-handle masalah birokrasi, tetap saja pasti
anda akan sangat letih. Anda juga pasti dihadang urusan soal banjir,
kemacetan, dan masalah lain yang mungkin tak pernah anda bayangkan.
Warga Jakarta pasti tak akan pernah puas dengan gaya senyum
cengengesan yang selalu anda tunjukkan, walau jujur, itu sangat
menarik simpati. Warga Jakarta ingin anda segera ada perubahan pasca
Jakarta dipimpin oleh anda. Apapun yang anda kerjakan, sekecil apapun,
sangatlah penting untuk warga Jakarta memberi nilai. Paling tidak, itu
juga bisa mencitrakan bahwa anda sudah bekerja. Dan yang pasti, warga
Jakarta menunggu anda merealisasikan Jakarta Baru!
Pak Jokowi yang terhormat, saya selalu berdoa agar anda segera tidak
waras. Karena saya sangat meyakini, Jakarta tidaklah mungkin dipimpin
oleh orang waras. Butuh “kegilaan” untuk mewujudkan Jakarta Baru yang
anda janjikan. Jakarta Baru tentu tak cukup ditunjukkan bahwa anda
berbeda dengan Foke, misalnya, tak mau menggunakan pengawalan di jalan raya.
Selain itu, saya juga selalu berdoa, agar anda tak lagi punya
“syahwat” untuk menjadi menteri, wapres atau presiden di negeri ini.
Lompatan yang anda buat serta dukungan yang begitu besar, sangat
mungkin membuai anda untuk tergoda menjadi lebih hebat dari sekedar
menjadi gubernur. Cukuplah anda memimpin Jakarta untuk lima tahun ke
depan. Jadilah seperti Ali Sadikin versi kini.
Wujudkan janji-janji
anda kepada warga Jakarta. Saya juga minta anda menasehati Pak Basuki
Purnama, wakil anda. Bilangkan agar ia istiqomah dan bisa tetap
bekerja seirama dengan anda. Jangan pernah tiru wakil gubernur
sebelumnya yang mbalelo pada gubernurnya. Bilangkan juga agar ia tak
lagi menyianyiakan jabatan wakil gubernur itu dengan mimpi lain,
misalnya, menjadi Gubernur Bangka Belitung. Cukuplah, anda dan Pak
Basuki bisa sejalan sampai lima tahun, akan sangat bisa memberi warna
terhadap Jakarta Baru.
Pak Jokowi yang terhormat, enam bulan mungkin waktu yang singkat bagi
anda untuk segera bekerja. Tapi enam bulan mungkin toleransi yang
diberikan warga Jakarta pada anda. Enam bulan sejak anda dilantik
sebagai Gubernur DKI Jakarta, warga akan menunggu kerja anda. Seperti
yang saya tulis diatas, bahwa Jakarta tentu sangat berbeda dengan
Solo. Maka itu, gaya kepemimpinan yang selama ini melekat dalam diri
anda bisa jadi tak mempan diterapkan di Jakarta. Bisa jadi anda
(nanti) frustasi karena peliknya persoalan di Jakarta. Bisa jadi anda
akan cuma bisa menyalahkan bahwa semua ini warisan Foke dan wakilnya
jenderal yang mbalelo itu. Sebenarnya, itu tidaklah salah. Anda sangat
dipersilakan frustasi atau mencari “kambing hitam” atas semua yang
(mungkin) tak bisa anda selesaikan dalam enam bulan pertama.
Tapi diatas semua itu, saya yakin, anda sangat pintar melakukan
pencitraan. Pencitraan itu sangat penting, pak. Pencitraanlah yang
menurut saya membuat anda dikenal di seluruh negeri ini. Membuat nama
anda, bahkan dikenal oleh anak saya di Medan. Bekerjalah atas nama
pencitraan, niscaya anda akan bisa membangun Jakarta Baru.
Pak Jokowi yang terhormat, terimakasih sudah mau membaca surat ini.
Ijinkan saya mempublish surat ini lewat akun sosial media, blog dan
web news. Kalaupun surat ini tak berguna, paling tidak saya sudah
menumpahkan apa yang saya inginkan pada anda.
Akhir kata, selamat menjadi Gubernur DKI Jakarta terpilih versi quick
count, mudah-mudahan besok lusa, jika tak ada aral melintang, KPU
Jakarta sudah bisa menetapkan anda sebagai gubernur definitif. Salam
hormat.
Aulia Andri, warga Medan yang pernah tinggal di Jakarta
No comments:
Post a Comment