Saturday, 5 July 2014

Jurnalisme Endorse Ala TJP

Lima hari jelang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (PPWP) 2014, Harian The Jakarta Post (TJP) menyatakan sikap resminya untuk mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pemilu Presiden 2014. Terus terang, saya terkejut mendapati kabar ini. Apa yang dilakukan TJP tentu bukan hal lazim di negeri ini. Biasanya, media massa cenderung mengambil sikap mendukung tanpa mau menampakkan sikapnya secara gamblang. Maka itu, apa yang dibuat oleh TJP ini patut diapresiasi serius dan positif sebagai kemajuan sikap pers di Indonesia.

Sebagai penyelenggara pemilu, saya tidak dalam kapasitas menyetujui dukungan TJP pada salah satu calon presiden itu. Saya hanya melihat ini sebuah sikap "gentlemen" yang ditunjukkan media massa di era ketebukaan informasi saat ini. Siapapun yang didukung TJP tak jadi soal bagi saya. Bagi saya, sikap itu diambil tentunya setelah dilakukan diskusi panjang bersama internal redaksi TJP.

Dalam editorialnya yang diberi judul "Endorsing Jokowi", Jumat (4/7/2014), TJP menyebut alasan mereka memberi dukungan. Secara terang benderang, editorial TJP itu menyebutkan adanya kesamaan visi medianya dengan salah satu pasangan yang mereka dukung.

Walau pun memberi dukungan, saya yakin TJP tentu akan tidak mengoyak kesucian jurnalisme mereka. Sebagai media cetak berbahasa inggris yang berpengaruh di Indonesia, TJP saya kira akan tetap menjunjung prinsip-prinsip jurnalisme yang imparsial dan cover both side.

Dalam editorial itu, TJP menyebutkan, akan tetap berusaha obyektif dalam setiap pemberitaannya, jurnalisme yang dianut selalu didasarkan pada keyakinan akan kebenaran moral, sehingga pilihan harus diambil.

"Orang-orang yang baik tidak bisa diam saja tanpa berbuat apa-apa. Bersuaralah ketika ketidakadilan terjadi, dan berdirilah secara tegak menolak gelombang kekuatan yang tidak baik," demikian ditulis.

Sebagai catatan, selama ini tak pernah ada media massa di Indonesia yang "berani" memberi dukungan dalam pemilu secara terang-terangan terhadap kandidat atau partai dalam pemilu di Indonesia.

"Namun pada Pemilu yang spesial ini, kami terpanggil secara moral untuk tidak diam saja. Kami tidak mengarahkan dukungan ini menggoyang pilihan orang lain. Namun kami tidak bisa sekedar berdiri di luar pagar ketika pilihan lainnya terlalu riskan untuk dipertimbangkan," tulis editorial TJP.

Saya betul-betul terenyuh dengan semangat TJP. Secara moral, saya mendukung sikap TJP. Lagi-lagi tentu harus digarisbawahi bukan soal kepada siapa mereka memberi dukungan. Bagi saya, sikap TJP sudah cukup menjadi ukuran bagaimana pers di Indonesia mendapatkan pelajaran penting. Semoga, PPWP 2014 ini menjadi secara penting bagi kita semua, dan TJP sudah menorehkan sejarahnya sendiri, setelah 31 tahun terbit.
Medan, 5 Juli 2014

No comments:

Post a Comment