Beberapa tahun lalu,saat mengikuti upacara bendera 17 Agustus di Istana Negara,saya terenyuh. Bukan karena bahwa saya berdiri disana dalam rangka tugas sebagaj jurnalis,tetapi karena menyadari alasan saya berdiri disana. Saya berdiri dihadapan bendera pusaka itu atas nama kemerdekaan yang diperjuangkan para pahlawan. Para pahlawan itu bukan hanya yang angkat senjata melawan penjajah, tapi juga berbagai jenis orang Indonesia yang tak mau negerinya dijajah.
Mereka mengorbankan waktu,harta bahkan nyawa agar saya dan ribuan orang lainnya bisa berdiri di istana Merdeka ini dengan senyum kemerdekaan. Saya terenyuh mengingat mereka,para pahlawan yang sudah berkorban untuk kita semua. Mereka tak minta kita membalas jasanya. Mereka tak minta kita mengurus anak-cucunya.
Mereka hanya minta kita mengurus negeri ini dengan baik. Mereka cuma minta keikhlasan kita untuk menerima semua perbedaan. Keikhlasan itu sudah ditunjukkan Natsir yang bersahabat dengan Soekarno. Hatta yang bisa akrab dengan Roem. Atau bahkan Baswedan yang Arab menerima kehadiran Sangaji yang asli Maluku.
Mereka berjuang untuk negeri ini atas dasar keikhkasan. Memperingati Hari Pahlawan ini, yang kita butuhkan kini cuma ikhlas menerima apapun yang hadir pada kita. Memang tak mudah, tapi belajar ikhlas itu sangatlah mengasyikkan. Semoga
No comments:
Post a Comment