Wali Kota Medan, Rahudman Harahap punya “mantra sakti”. Seperti banyak tokoh terkenal yang kata-katanya diabadikan sepanjang masa, Pak Wali pun demikian. Ia berkali-kali bilang sebuah kalimat yang tak akan pernah kami lupakan.
“Kita ini pernah kalah, tapi tak akan pernah menyerah. Ingat itu,” katanya dengan tegas.
Cerita-cerita sedih soal kalah, kadang sering menghibur diri jika berkaca pada perjalanan Pak Wali dalam meniti karir. Ia betul-betul jatuh bangun. Tapi mimpi-mimpi besarnya tak pernah pudar. Ia terus berjalan meraih mimpi itu walau terseok-seok.
Tengok saja. Perjalanan karir Pak Wali di birokrat bukan dilalui diatas jalan tol. Pernah jadi Sekretaris Daerah di Kabupaten Tapanuli Selatan dan kemudian “keok” ketika mencoba nasib menjadi Bupati Tapanuli Selatan.
Setelah tak punya jabatan di Kabupaten Tapanuli Selatan, ia kemudian “dibuang” ke Pemprov Sumut jadi staf “kandas”. Tapi bukan Rahudman namanya jika tak mampu survive. Ia kemudian menjadi salah satu asisten di Pemprov Sumut pada era pemerintahan Gubernur Rudolf Pardede. Jabatan itu digenggamnya hingga era pemerintahan Gubernur Syamsul Arifin. Ketika jabatan Pejabat (Pj) Walikota Medan kosong, Rahudman kemudian ditunjuk Gubernur Syamsul. Ia pun kemudian mencoba lagi peruntungannya jadi Walikota Medan. Dan menang.
Karena takdir itu pulalah, kami kemudian meyakini apa yang dikatakan Pak Wali. “Pernah kalah, tapi tak pernah menyerah!”
No comments:
Post a Comment