Thursday, 23 August 2012

Bahasa (Inggris) Pak SBY


Saya memang bukan seorang munsyi. Kerja saya sehari-hari hanyalah sebagai jurnalis di Istana Kepresidenan. Disana –tentu saja, saya hampir setiap hari bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kerja saya pula yang mewajibkan setiap hari saya ikut dalam kegiatan-kegiatan presiden serta jumpa pers yang hampir selalu setiap hari diadakan. Maka itu, saya tak banyak bisa memberi analisa dalam tulisan ini. Saya hanya ingin berbagi soal kacaunya bahasa yang dipakai sang presiden.
Ketika menjadi Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) di Kabinet Gotong Royong, Presiden SBY pernah mendapat penghargaan sebagai tokoh berbahasa Indonesia lisan terbaik. Penghargaan itu datang dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Tak heran, SBY kemudian dikenal punya lisan yang apik untuk bicara bahasa Indonesia.
Presiden SBY memang punya penampilan yang nyaris sempurna. Tutur katanya dan bahasa tubuhnya, tampak meyakinkan. Tak heran, iklan Partai Demokrat ketika masa kampanye dulu, menampilkan SBY dengan tutur bahasa yang mempesona.
Kini masihkah Presiden SBY punya tutur bahasa yang baik? Teman saya, YW Nugroho, wartawan Harian Suara Pembaruan “menguliti” tata krama berbahasa sang presiden di hariannya, tanggal 3 Oktober lalu. Nugroho menceritakan, ketika menemui Forum Rektor, Presiden SBY banyak sekali menggunakan bahasa Inggris. Padahal
kalau pun di-Indonesia-kan, rasanya presiden tidak akan mengalami kesulitan.
Coba baca kutipan ucapan Presiden SBY ketika berbicara soal subsidi BBM, katanya, ”Saya juga banyak menghabiskan waktu untuk talk direct to the people." Atau soal unjuk rasa, presiden mengatakan, "That's democracy. I know beban rakyat, I know the step of there economic." Atau yang lain lagi ketika bicara tentang Keputusan menaikkan harga BBM, dikatakannya, "Bukan berani atau tidak berani, terlambat atau tidak terlambat ambil keputusan, but before I made decision harus sudah diolah semuanya, economic factor-nya, social security political impact-nya. That all the consideration that
have to made by me
."
Contoh-contoh diatas tentunya sudah cukup untuk menggambarkan kacaunya bahasa Presiden SBY. Tentunya, tak ada yang salah jika orang seperti saya bicara ngawur pakai bahasa Inggris campur bahasa Indonesia. Tetapi kalau seorang presiden seperti SBY bicara seperti itu, wah ini tentu sudah gawat.
Dalam pandangan saya, sebagai seorang presiden, SBY tentu harus punya tutur bahasa dan gerak tubuh yang baik. Modal itu, seperti telah saya tulis diatas, pernah dimiliki SBY. Tapi entahlah, mungkin ketika belum menjabat presiden, SBY sengaja berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, membuat gerak tubuh yang meyakinkan, serta mengumbar kharisma yang menggoda publik. Tetapi kini, mungkin hal itu tak perlu lagi. SBY kan sudah terpilih sebagai presiden. Dia punya legitimasi kuat dari rakyat yang memilihnya dalam pemilihan presiden dan wakil presiden. Atau mungkin presiden ingin menunjukkan kemampuan bahasa Inggris-nya yang baik kepada rakyat.
Kalau memang benar dua hal itu yang dipikirkan Presiden SBY, tentu ini jadi persoalan serius. Bangsa ini memang sedang compang-camping dalam berbahasa. Bahasa Inggris seenaknya kini masuk dalam tatanan bahasa masyarakat Indonesia. Membuat pusing dan kadang membingungkan. Tetapi yang lebih membuat saya kadang tak bisa menahan diri, bagaimana mungkin seorang presiden bisa tidak berbahasa Indonesia dengan baik dan benar? Dalam Undang-Undang Dasar 1945, juga disebutkan bahwa Presiden Republik Indonesia harus dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Nah, apakah kini bisa dikatakan, Presiden SBY telah melanggar Undang-Undang Dasar 1945?
Mengakhiri tulisan ini, buat saya, sebagai jurnalis tentu agak repot jika menuliskan ucapan-ucapan dari seorang presiden dalam kutipan yang –terpaksa, saya terjemahkan sendiri. Apalagi, dengan rendah hati saya katakan, kemampuan bahasa Inggris saya mungkin belum sehebat sang presiden. Saya jadi takut salah menuliskan kutipan, apalagi jika dianggap sampai menghina kemampuan bahasa Inggris presiden. Jadi ya that’s all, pak SBY! 

ditulis tahun 2004, ketika jadi jurnalis di TPI

No comments:

Post a Comment