Thursday, 23 August 2012

Arah Kiblat


Sudah puluhan tahun surau itu berdiri. Pendirinya kabarnya para tetua kampung ini. Tapi tak ada yang tahu siapa tetua kampung itu. Semua orang tua di kampung ini memang sudah menghadap ilahi. Jadi tak ada lagi yang bisa ditanyai tentang siapa yang membangun surau itu.

Sudah puluhan tahun surau itu berdiri. Tak ada yang tahu persis kapan surau itu dibangun. Tetapi melihat dari bentuknya tentu sudah lama sekali. Dinding-dindingnya terbuat dari papan kayu jati tua, sementara sementara atapnya ditutup dengan seng yang sudah keropos.

Sudah puluhan tahun surau itu berdiri. Surau bernama Al-Ikhlas. Nama itu pun tak ada yang tahu siapa yang memberikan. Tapi semua orang di kampung menyebutnya surau Al-Ikhlas. Walaupun tanpa papan nama.

Sudah puluhan tahun surau itu berdiri. Menjadi oase bagi penduduk kampung untuk mendekatkan diri pada penciptanya. Setiap waktu sholat, surau itu selalu ramai oleh penduduk kampung. Surau itu paling tidak bisa menampung 100 jemaah. Cukuplah untuk sebuah kampung kecil. Mereka membuat syaf rapi dan menjalankan sholat dengan takzim.

Sudah puluhan tahun surau itu berdiri. Tapi tak ada yang menjadi nazir di surau itu, tetapi surau itu tetap bersih dan terawat. Penduduk kampung memang selalu membersihkan surau secara bergotong royong. Pintu surau pun dibiarkan saja tidak pernah terkunci. Jadi siapapun yang ingin beribadah bisa dengan leluasa masuk ke dalam surau.

Sudah puluhan tahun surau itu berdiri. Tak ada yang pernah mempersoalkan arah kiblat surau. Pokoknya surau itu menghadap ke arah laut. Soal arahnya ke timur atau barat, tak ada yang memikirkannya.

Sudah puluhan tahun surau itu berdiri. Ketika seorang musafir yang entah datang darimana mengunjungi surau itu. Disinilah awal persoalannya.

Musafir yang sudah berusia puluhan tahun itu mengatakan mesjid itu tidak menghadap kiblat. Penduduk kampung terperangah. Setelah puluhan tahun, mereka baru menyadari bahwa kiblat surau mereka salah. Tak ada yang tahu mengapa kiblat itu tiba-tiba menjadi salah arahnya.

No comments:

Post a Comment