Nama Tjong A Fie seolah tak bisa dipisahkan dari sejarah kota Medan.
Pasalnya, taipan jaman baheula ini meninggalkan banyak bangunan bersejarah yang
menarik untuk dikunjungi di kota Medan.
Tak percaya? Saksikan saja
kemegahan rumahnya di Jl Ahmad Yani, Medan, di bilangan Kesawan. Bangunan yang
megah berdiri sejak tahun 1900 itu berada tepat di jantung kota Medan.
Arsitekturnya bergaya Tiongkok kuno. Sebenarnya rumah kuno di bilangan Kesawan
itu tak hanya rumah Tjong A Fie. Puluhan bangunan kuno lainnya yang dibangun
pada awal abad 19 masih bisa disaksikan di sepanjang kawasan ini.
Tapi harus diakui, dari puluhan
bangunan tua tersebut, rumah Tjong A Fie yang paling menarik. Soalnya, Tjong A
Fie dan “istananya” itu merupakan bagian dari sejarah kota Medan yang tak
terlupakan.
Memasuki pintu depan rumah
peninggalan Tjong A Fie ini ingatan kita akan melayang ke bangunan rumah-rumah
di Cina. Dengan pintu depan yang terbuat dari kayu berwarna hijau setinggi
lebih kurang 10 meter, dan pagar besi yang kokoh, rumah Tjong A Fie berdiri
megah.
Halaman rumah tersebut
terhitung sangat luas dengan ditumbuhi berbagai macam tanaman bunga. Ketika
masuk kita akan disambut sepasang patung singa yang berdiri di depan pintu
rumah. Kemegahan rumah konglomerat Cina jaman dulu ini memang masih tersisa.
Paling tidak hal itu masih bisa dinikmati dari foto-foto yang dipajang di
ruangan tamu rumah tersebut.
Disana, Tjong A Fie tampak
berpose di beberapa bagian rumahnya yang penuh dengan barang-barang antik dari
Cina. Juga ada beberapa foto Tjong A Fie dengan Sultan Deli. Sayang, kini
barang-barang seperti lemari dan kursi-kursi itu sudah tidak ada lagi. Menurut
informasi, cucu-cucu Tjong A Fie menjual barang-barang tersebut untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka.
Bangunan kuno bersejarah
peninggalan Tjong A Fie ini memang kurang terurus. Hal ini disebabkan karena
desakan pengembangan kota Medan. Rumah Tjong A Fie jadi tak nyaman lagi
dipandang. Lihat saja, pagar besi dan pintu kayu setinggi 10 meter di depan
“membentengi” rumah ini sudah berbatasan langsung dengan jalan raya. Hingga
tidak menyisikan bahu jalan sedikitpun.
Tjong A Fie sebenarnya bukan
siapa-siapa seandainya dia tidak merantau ke tanah Deli. Tanah harapan (the
dream land) yang dijuluki “het dollar land”. Dalam buku “Sejarah Medan Tempo
Doeloe” yang ditulis Tengku Lucman Sinar disebutkan Tjong A Fie datang ke Tanah
Deli bersama abangnya Tjong Yong Hian. Mereka berangkat dari tanah kelahirannya
di desa Moy Hian, Kanton, Cina pada tahun 1970.
Mula-mula mereka membuka
perkebunan tembakau dan menetap di Labuhan Deli, sekitar 20 kilometer dari
pusat kota Medan saat ini. Disana, selain membuka perkebunan tembakau bersama
abangnya, Tjong A Fie juga membuka sebuah kedai yang melayani kebutuhan
kuli-kuli daratan Cina yang baru datang ke Tanah Deli. Kedai tersebut dinamai
Tjong A Fie, Bun Yon Tjong. Karena banyaknya orang-orang Cina yang merantau
hingga membuat kedai Bun Yon Tjong menjadi sangat ramai dikunjungi. Tjong A Fie
pun dalam sekejab menjadi kaya raya. Imperium bisnisnya kemudian menjalar
kemana-mana. Tjong A Fie kemudian tak hanya dikenal sebagai konglomerat Cina
yang sukses di Labuhan Deli. Tapi juga punya kekuatan politik di karena
kedekatannya dengan Sultan Deli dan orang-orang Belanda.
Karena dinilai kaya raya dan
punya hubungan baik dengan Sultan Deli, pemerintah Belanda menganugrahinya
pangkat Letnan. Tercatat tanggal 4 September 1885 pemerintah Belanda
mengangkatnya menjadi Letnan. Ini merupakan jabatan bergengsi bagi orang-orang
Cina yang ada di Tanah Deli. Bahkan kemudian, Tjong A Fie ditunjuk sebagai
kepala orang-orang Cina Tanah Deli.
Karena kejeliaanya melihat
peluang bisnis, pada tahun 1886, Tjong A Fie kemudian memindahkan pusat
imperium bisnisnya ke Medan. Kala itu, Medan hanyalah sebuah kampung kecil yang
berada diantara Sungai Deli dan Sungai Babura.
Tjong A Fie kemudian membangun
rumahnya di Kesawan yang kemudian menjadi pusat bisnis di kota Medan waktu itu.
Hal ini bisa dilihat dari puluhan bangunan-bangunan tua berbentuk toko yang
masih dilestarikan hingga kini.
Sebagai orang yang kaya raya,
Tjong A Fie sangat dihormati di Medan. Dia mendirikan rumah sakit cina pertama
di Medan dengan nama Tjie On Jie Jan. Dia juga selalu bertindak menjadi
perantara jika terjadi silang sengketa anatar orang Cina dengan tuan-tuan kebon
Belanda.
Setelah menjadi orang sukses di
Tanah Deli, Tjong A Fie tak lupa akan kampung halamannya. Di propinsi Nanking,
Cina, Tjong A Fie membangun sebuah pabrik agar perindustrian disana maju. Atas
jasa-jasanya yang begitu besar pada Kerajaan Cina, Tjong A Fie diagkat menjadi
bangsawan dengan gelar Tjie Voe dan tahun 1911 gelar itu dinaikkan menjadi To
Thay.
Keluhuran budi Tjong A Fie juga
diperlihatkannya ketika di amembangun kuburan khusus untuk orang-orang Cina di
Medan. Pasalnya, Tjong A Fie sering menerima laporan bahwa ketika jalur kereta
api Medan –Belawan dibangun, para pekerja sering menemukan tengkorak orang
Cina. Untuk menghormati orang-orang Cin ayang sudah meninggal itulah kemudian
Tjong A Fie membangun sebuah pekuburan Cina di daerah Brayan, Medan.
Selain itu Tjong A Fie ternyata
punya peran dalam membangun Istana Maimoon milik Sultan Deli. Ketika itu,
sekitar tahun 1888, Sultan Makmun Al Rasyid, sultan Deli yang sedang berkuasa,
hendak membangun sebuah istana di Medan. Tjong A Fie pun menyumbang dana untuk
membangun istana tersebut. Kabarnya, Tjong A Fie menyumbang 1/3 biaya
pembanguan Istana Maimoon yang masih berdiri di
kota Medan.
Yang paling mengesankan adalah
Tjong A Fie menyumbang sebuah jam besar pada Kotapraja Medan di tahun 1913.
Hingga kini jam itu masih ada di Balai Kota Medan. Jam besar yang
dipersembahkan Tjong A Fie unutk kota Medan itu buatan Firma Van Bergen di
Heillgerlee, Belanda. Dahulunya jam terebut bisa mengeluarkan bunyi carillon.
Perjalanan hidup Tjong A Fie
mau tak mau harus diakui ikut mewarnai perkembangan kota Medan. Dan itu
semuanya dijalani dari “istananya” tersebut. Nama Tjong A Fie boleh jadi tak
lagi diingat warga Medan, tapi rumah dan peninggalannya menjadi saksi
keberadaanya.
No comments:
Post a Comment