Sayang, ribuan tahun kunanti cintamu turun, menancap di tanah, tumbuh dan bersemi menjadi bunga.
Kau memang bukan datang diawal. Saat tanah belum gembur, saat pupuk belum disemai. Kau datang dipenghujung hidup. Saat senja dan matahari mulai redup.
Sayang, di depanmu ada seuntai bunga. Ia yang menemaniku selama ini. Menjadi penghias halaman rumah yang kami bangun sejak gubuk. Disana juga ada para bidadari cantik buah cinta kami.
Kau memang bukan yang pertama. Tapi kehadiranmu melengkapi takdir kekinian tentang aku sebagai lelaki. Melengkapi cinta yang akan segera kembali pada sang khaliq.
Medan, 2016
No comments:
Post a Comment