Sunday, 17 July 2016

BALADA KOMPLEK TAMAN SEJAK BUDI NIKAH LAGIH (TASBIH)


NOTE: Semua cerita, tokoh, nama tempat dan lokasi dalam cerita ini hanya rekaan penulis semata. Jika ada kesamaan, mohon diabaikan saja. Penulis tidak bertanggungjawab terhadap kebingungan dan hal-hal lain termasuk sakit hati urusan SARA. Dengan menscroll kebawah dan membaca cerita ini, anda dianggap telah setuju dengan syarat dan ketentuan. Terimakasih!!!





---------------
Konon, ada sebuah cerita. Dahulu kala, ada sebuah komplek bernama Komplek TAMAN SEJAK BUDI NIKAH LAGIH (TASBIH). Begini ceritanya, suatu masa, Komplek Tasbih sedang kisruh. Sekitar 12 tahun lalu, pengelolaan keamanan dan kebersihan di komplek ini dikelola oleh sebuah koperasi bernama Koperasi Sing Penting Usaha (KSPU) bentukan Himpunan Warga Taman Sejak Budi Nikah Lagih (HIWASBIH). Maka itu, namanya kemudian disebut KSPU HIWASBIH.

Selama kurun waktu 10 tahun itu, ya dua kali Pemilu lah, KSPU HIWASBIH mengelola seluruh persoalan keamanan dan kebersihan di komplek ini. KSPU HIWASBIH sebenarnya dibentuk oleh PT IRA WARISA UWAK (IWU) yang dimiliki oleh pengusaha besar bernisial YSBB (sebut saja demikian). YSBB ini sejak tahun 1990 awal membangun ribuan rumah di Komplek Tasbih dan menanamkan kukunya sebagai raja properti.

Nah, setelah Komplek TASBIH ini selesai dibangun dan penghuninya mulai ramai, PT IWU dan YSBB mulai berpikir perlunya ada pengelola masalah kebersihan dan keamanan. Ketika itu bersama-sama warga, PT IWU, YSBB dan beberapa tokoh masyarakat di komplek membuat HIWASBIH sebagai wadah berkumpul warga.

Waktu berjalan. Pengelolaan keamanan dan kebersihan yang ditangani oleh KSPU HIWASBIH pasang surut. Kadang mereka untung, kadang juga rugi. Maklumlah, banyak juga warga komplek yang enggan membayar Iuran Kebersihan dan Keamanan (IKK) karena memang tak mendapatkan pelayanan prima. Maka itu, sejak 2 tahun lalu, KSPU HIWASBIH secara resmi mundur panjang alias atrek. Aset-aset milik KSPU seperti truk dan mobil terpaksa dijual untuk melunasi hutang-hutang pada karyawannya.

PT IWU dan YSBB kemudian menunjuk PT Kasih Jagad Seriosa (KJS) untuk mengelola komplek Tasbih. YSBB pernah mengatakan, kenapa PT KJS yang dipilih karena pemilik PT KJS ini anak seorang menteri di kerajaan. Waduh, apa pulak hubungan anak menteri ini dengan urusan keamanan dan sampah di komplek.

Setelah berjalan beberapa bulan, PT KJS juga menggandeng PT SS (sebuah perusahan sekuriti) untuk fokus di masalah keamanan. PT KJS tetap menjadi penanggungjawab utama semua persoalan di komplek Tasbih.

Sekitar bulan Mei 2016, secara tiba-tiba, ada informasi pengelola baru untuk keamanan dan kebersihan di komplek. Pengelola baru ini menamakan dirinya sebagai HIWASBIH. Informasinya, HIWASBIH mempunya “pasukan” satpam sendiri dan bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota  Medang untuk mengelola sampah. Loh ini jadi reinkarnasi HIWASBIH yang lama. Hiiihhhh.....kayak zombie pulak.

Nah, salah satu warga komplek, ada namanya Auk Andriani. Mulanya kawan ini cuek saja nya. Pokoknya dia tak banyak ambil pusing. Baginya, yang penting saya bayar uang IKK dan mendapatkan pelayanan keamanan dan kebersihan. Pokoknya, rumahnya aman dan bersih.
Walaupun, kemudian si Auk ini sedikit memberi perhatian keadaan komplek dan menemukan ada hal-hal baru seperti ada dua jenis satpam (PT KJS dan HIWASBIH) terus juga ada truk sampah milik Kota Medang yang selama ini tak pernah datang ke komplek ini.  

Masalahnya semakin membesar. Beberapa warga di sekitar rumah Auk di Blok N dan G, mulai kasak-kusuk. Dia pun nguping-nguping cerita tetangga. Akhirnya, Auk terlibat beberapa kali bertemu di rumah Bang BS, sebuat saja namanya demikian (rumahnya tak jauh dari rumah Auk). Dari cerita-cerita ini kemudian Auk mulai memahami alur persoalan di komplek ini.

Kesimpulannya begini, beberapa kelompok warga tak setuju kalau pengelolaan komplek ini kembali diambil HIWASBIH. Pertama, warga tak yakin HIWASBIH dapat dengan baik melakukan pengelolaan. 10 tahun lalu, ketika KSPU HIWASBIH yang mengelola, warga merasakan tak mendapat pelayanan prima. Kedua, gerakan HIWASBIH juga seolah-olah dilakukan dari Mesjid. Ini membuat gak enak hati warga non muslim. Apalagi si Auk ini muslim juga. Padahal seharusnya HIWASBIH itu merupakan wadah warga yang plural dan tidak hanya pada satu agama saja. Ketiga, cara-cara HIWASBIH yang ingin mengambil alih secara tiba-tiba pengelolaan keamanan dan kebersihan tanpa dibicarakan dengan warga, membuat warga menjadi tak senang. Apalagi HIWASBIH kemudian langsung membuat “pasukan” satpam dan menggandeng aparat Kota Medang menangani kebersihan.

Kemudian digagaslah pertemuan seluruh warga komplek di kantor PT IWU. Lupa pulak tanggalnya, tapi pertemuan itu, dimoderatori oleh si Auk. Dalam pertemuan itu, hadir Pak MP, sebuat saja demikian (mantan wakil walikota Medang).

Ketika itu, Auk berharap pak MP ini bisa menjadi tokoh warga komplek yang mendengar aspirasi warga. Bagi Auk ketika itu, Pak MP ini bisa menjadi saluran aspirasi warga yang tidak setuju akan pengambilalihan pengelolaan komplek oleh HIWASBIH. Tapi, jauh panggang dari api, Pak MP malah habis-habisan membela HIWASBIH dan mengajak warga yang hadir mendukung gerakan HIWASBIH mengambilalih pengelolaan komplek. Warga protes dan beberapa kali menyoraki pak Mp karena emosi.

Rapat malam itu tak menghasilkan apapun, kecuali mendapat kesan Pak MP sudah berpihak ke HIWASBIH. Auk juga sempat bicara dengan Pak MP dan mengatakan bahwa ia harusnya netral saja. Karena banyak juga warga yang tidak setuju HIWASBIH mengelola komplek ini. Tapi ia malah mengajak Auk bergabung. Auk menolaknya. Ini bukan urusan dia mau menjadi pengurus HIWASBIH. Auk gak mau jadi pengurus HIWASBIH. Malas saja, katanya, karena diisi oleh orang-orang yang menurutnya punya track record tidak baik.

Setelah pertemuan warga di kantor PT IWU itu, kami kemudian menggelar rapat-rapat di rumah bang BS. Auk tetap hadir untuk bisa menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Dalam beberapa pertemuan, Auk mendengar adanya isu SARA yang dikirim melalui SMS. Warga muslim yang ikut kelompok penentang HIWASBIH dilarang disholatkan di mesjid kalau nanti meninggal dunia. Alasannya, HIWASBIH itu diisi oleh orang-orang mesjid komplek. Maka itu, kalau ada yang muslim ikut menentang HIWASBIH maka dianggap berseberangan dengan mesjid dan mayatnya gak usah diurusin. Auk membaca sms itu dari beberapa orang yang hadir dalam pertemuan di rumah bang BS.
Ketika itu Auk berpikir kok bisa begini. 

Tapi Auk tenang-tenang saja. Auk berpikir toh gak ikut di sms. Tetapi sehari setelahnya, Auk menerima sms yang isinya sama dengan yang diatas. Bangsat!!! Auk kemudian marah dan mengirimkan ratusan sms balasan kepada nomor yang mengirim sms itu. Auk bilang pada yang kirim SMS, tak elok ia membawa-bawa nama mesjid. Apalagi sampai menteror warga dengan isu yang berbau SARA tersebut. Eh, tak terduga, malah dibalas dengan sms macam-macam lagi-lagi soal mesjid dan berbau SARA. Auk makin berang.

Di tengah keberangannya, tiba-tiba ada pula kawan sebut saja berinisial ID, yang ngaku sebagai sekretaris HIWASBIH. Dibilangnya pulak, bahwa mendukung HIWASBIH itu jihad. Lha ini mau jihad apa, tanya Auk? Emangnya HIWASBIH mau jadi ormas Islam? Ngawur ini kawan!!! Kalau mau jihad ke Palestina aja, Lek!

Kembali ke soal sms, setelah balas membalas, sms beberapa hari, Auk kemudian memutuskan mengadukan masalah ini ke Pak MP. Pak MP juga kebetulan ketua Ikatan Kerukunan Muslim Tasbih (IKMT). Dalam sebuah percakapan dengan pak MP, Auk bilang, bahwa dia mendapatkan ancaman teror. Auk bilang juga ini sangat berbahaya jika benar ada orangnya.

Jawaban yang mengejutkan bagi Auk adalah, bahwa pak MP bilang mengatahui siapa yang mengirim sms itu. F***CK!!! Auk kemudian minta pak MP agar segera meminta orang tersebut berhenti mengirim sms teror atau dia akan segera lapor ke polisi dengan memakai UU ITE.

Pak MP ketika itu berjanji akan meminta orang yang diketahuinya sebagai pengirim sms itu, tak lagi melakukan perbuatannya. Namun, ternyata, Auk beberapa hari kemudian, masih mendapatkan sms teror lagi. ASU.....!!!!

Setelah itu, konflik semakin melebar. HIWASBIH memasang spanduk-spanduk untuk meminta warga membayar uang IKK kepada mereka. Mesjid juga “dipakai” HIWASBIH untuk menjelaskan masalah ini. Usai sholat Jumat, seseorang yang mengaku sebagai ketua HIWASBIH berdiri di depan mimbar mesjid sembari mengajak warga untuk mendukung HIWASBIH. Auk hadir dan merekam pertemuan itu. Di awal pertemuan, seorang jemaah sholat Jumat bernama Pak Mus, diusir dari mesjid karena sempat protes. Ia berteriak dan meminta agar mesjid tak ikut campur urusan HIWASBIH. Auk setuju dengan Pak Mus, tapi tak berani seperti pak Mus ini. Hehehe. Maka itu, Auk cuma merekam pertemuan itu dan menjadikannya dokumentasi. Anda bisa melihatnya di channel Youtubenya.

Pada suatu sore, sekelompok satpam PT KJS gerah. Mereka merasa tak cocok kalau ada pengelola lain di komplek yang mereka jaga. Maka (mungkin) atas restu komandannya, sekelompok satpam PT KJS menurunkan spanduk HIWASBIH. Aksi penurunan spanduk ini memicu kemarahan. “Pasukan” satpam HIWASBIH marah. Mereka kemudian meminta satpam PT KJS untuk mengembalikan spanduk mereka. Bentrokan tak terelakkan. Lempar-lemparan batu terjadi tepat di depan pintu komplek. Seorang satpam luka kena lemparan batu. Peristiwa memalukan ini mencoreng nama baik Komplek Tasbih. Para petinggi HIWASBIH meluruk ke arena “perang”, sedangkan pihak-pihak yang menentang HIWASBIH juga datang. Warga berhadap-hadapan dengan warga. Ini memang peristiwa memalukan. Dan Auk, terlambat datang kesana.

Setelah itu, rapat-rapat warga yang menentang HIWASBIH mengkrucut dengan satu ide. Jika melawan “kesewenang-wenangan” HIWASBIH dengan sendiri-sendiri, tentu tak akan bisa. Maka itu dibentuklah sebuah Paguyuban Warga Perumahan Tasbih (PagarTasbih). Auk dipercaya sebagai ketuanya.

PagarTasbih juga kemudian intens berkomunikasi dengan PT IWU dan PT KJS untuk meningkatkan pelayanannya pada warga. Auk (bersama kawan-kawan di PagarTasbih) juga bertemu dengan pemilik PT IWU dan Pak YSBB.  Dalam pertemuan itu, Auk menyatakan statemen bahwa warga sebenarnya hanya ingin hidup damai dan tenang. Urusan pengelolaan keamanan dan sampah tolong diurus sebaik-baiknya. PT IWU dan Pak YSB diminta Auk agar membuka diri terhadap penambahan fasilitas-fasilitas warga seperti pemasangan jaringan gas, fiber optic dll di komplek. Hal ini karena sebagai developer, PT IWU masih menguasai komplek ini secara de facto dan de jure.

Ke depan, Auk memimpikan PagarTasbih bisa menjadi sarana komunikasi warga komplek ini yang berbasis pluralitas. Tak ada sentimen agama, etnis ataupun kelompok kepentingan disini. PagarTasbih juga tak berminat mengurusi proyek keamanan dan kebersihan dan ingin fokus saja sebagai wadah yang menjembatani warga dengan para pemangku kepentingan diluar komplek. Intinya, PagarTasbih ingin warga bisa hidup tenang, aman, nyaman berdampingan dengan tetangga mereka tanpa rasa curiga apapun.

Kini ada beberapa persoalan yang harus segera diselesaikan, misalnya, PT IWU dan Pak YSBB harus bisa lebih terbuka dan mendengar suara warga komplek Tasbih. Fasilitas-fasilitas umum dan sosial harus tetap dipertahankan. Area kolam renang dan lapangan golf misalnya, harus tetap menjadi ruang hijau. Juga lapangan sepak bola. Komersialisasi yang berlebihan atau eksploitasi lahan komplek Tasbih harus memperhitungkan aspek sosiologis dan kemaslahatan bagi seluruh warga. Jika ini bisa dilaksanakan PT IWU dan Pak YSBB, Auk yakin, semua warga akan mendukungnya. Pak YSBB juga jangan pelit-pelit kali (ingat lho pak, bapak udah sakit2an. Banyak2 sedekah itu membuat panjang umur). Beberapa area harusnya dihibahkan untuk kepentingan warga sehingga, warga bisa mendapatkan manfaat. Toh Pak YSBB ini juga sudah banyak mendapatkan keuntungan finansial dari harga lahan dan membangun perumahan berharga mahal ini.

Untuk kawan-kawan PagarTasbih, semoga tetap kompak. Gak usah terlalu banyak mikir. Kita niatkan saja bahwa paguyuban ini dari warga dan untuk warga. Gak usah curiga-curigaan sesama kawan pendukung PagarTasbih. Lha wong ini paguyuban biasa aja kok. Bukan parpol. Santai-santai saja kita mengelola PagarTasbih ini sembari bertetangga dengan baik.

Kepada teman-teman HIWASBIH juga mestinya bisa “mundur selangkah”. Tak usalah terburu-buru dan bertahan pada kondisi sekarang ini. Kalau memang niat kali mengelola keamanan dan kebersihan, dirundingkan ulang. Bicaralah baik-baik dengan seluruh warga. Undanglah warga untuk menyosialisasikan keinginan itu. Jangan pula hanya diputuskan oleh beberapa “kepala” saja. Tak elok itu, bro!

Kemudian kalau memang merasa juga paling berhak, ya digugat saja PT IWU ke PTUN. Kan panjenengan merasa benar menurut aturan UU. Ya maenkan saja secara hukum. Gak usah pakai kudeta. Cukuplah di Turki saja yang pake kudeta. Satpamnya juga saya lihat masih ada di komplek ini. Cuma ya itu, satpamnya “berkeliaran” di sekitar rumah Pak MP dan anggota wakil keraton berinisial AN. Dan yang buat si Auk palak, menjaga pulak di kantor sebelah Alfa Mart itu. Kasihan lah wak, pake perasaanlah, orang-orang ditarik uang IKK nya, tapi yang dijaga cuma rumah uwak saja. Ya demikian, terimakasih sudah  mau membaca, Son!!!

Auk Andriani

Kota Medang, 16 Juli 2050

No comments:

Post a Comment