NOTE: Semua cerita, tokoh, nama tempat dan lokasi dalam
cerita ini hanya rekaan penulis semata. Jika ada kesamaan, mohon diabaikan saja.
Penulis tidak bertanggungjawab terhadap kebingungan dan hal-hal lain termasuk
sakit hati urusan SARA. Dengan menscroll kebawah dan membaca cerita ini, anda
dianggap telah setuju dengan syarat dan ketentuan. Terimakasih!!!
---------------
Konon, ada sebuah cerita. Dahulu kala, ada sebuah komplek
bernama Komplek TAMAN SEJAK BUDI NIKAH LAGIH (TASBIH). Begini ceritanya, suatu
masa, Komplek Tasbih sedang kisruh. Sekitar 12 tahun lalu, pengelolaan keamanan
dan kebersihan di komplek ini dikelola oleh sebuah koperasi bernama Koperasi Sing
Penting Usaha (KSPU) bentukan Himpunan Warga Taman Sejak Budi Nikah Lagih (HIWASBIH).
Maka itu, namanya kemudian disebut KSPU HIWASBIH.
Selama kurun waktu 10 tahun itu, ya dua kali Pemilu lah, KSPU
HIWASBIH mengelola seluruh persoalan keamanan dan kebersihan di komplek ini. KSPU
HIWASBIH sebenarnya dibentuk oleh PT IRA WARISA UWAK (IWU) yang dimiliki oleh
pengusaha besar bernisial YSBB (sebut saja demikian). YSBB ini sejak tahun 1990
awal membangun ribuan rumah di Komplek Tasbih dan menanamkan kukunya sebagai
raja properti.
Nah, setelah Komplek TASBIH ini selesai dibangun dan penghuninya
mulai ramai, PT IWU dan YSBB mulai berpikir perlunya ada pengelola masalah
kebersihan dan keamanan. Ketika itu bersama-sama warga, PT IWU, YSBB dan
beberapa tokoh masyarakat di komplek membuat HIWASBIH sebagai wadah berkumpul
warga.
Waktu berjalan. Pengelolaan keamanan dan kebersihan yang
ditangani oleh KSPU HIWASBIH pasang surut. Kadang mereka untung, kadang juga
rugi. Maklumlah, banyak juga warga komplek yang enggan membayar Iuran Kebersihan
dan Keamanan (IKK) karena memang tak mendapatkan pelayanan prima. Maka itu,
sejak 2 tahun lalu, KSPU HIWASBIH secara resmi mundur panjang alias atrek. Aset-aset
milik KSPU seperti truk dan mobil terpaksa dijual untuk melunasi hutang-hutang
pada karyawannya.
PT IWU dan YSBB kemudian menunjuk PT Kasih Jagad Seriosa
(KJS) untuk mengelola komplek Tasbih. YSBB pernah mengatakan, kenapa PT KJS
yang dipilih karena pemilik PT KJS ini anak seorang menteri di kerajaan. Waduh,
apa pulak hubungan anak menteri ini dengan urusan keamanan dan sampah di
komplek.
Setelah berjalan beberapa bulan, PT KJS juga menggandeng PT
SS (sebuah perusahan sekuriti) untuk fokus di masalah keamanan. PT KJS tetap
menjadi penanggungjawab utama semua persoalan di komplek Tasbih.
Sekitar bulan Mei 2016, secara tiba-tiba, ada informasi pengelola
baru untuk keamanan dan kebersihan di komplek. Pengelola baru ini menamakan
dirinya sebagai HIWASBIH. Informasinya, HIWASBIH mempunya “pasukan” satpam
sendiri dan bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota Medang untuk mengelola sampah. Loh ini jadi
reinkarnasi HIWASBIH yang lama. Hiiihhhh.....kayak zombie pulak.
Nah, salah satu warga komplek, ada namanya Auk Andriani.
Mulanya kawan ini cuek saja nya. Pokoknya dia tak banyak ambil pusing. Baginya,
yang penting saya bayar uang IKK dan mendapatkan pelayanan keamanan dan
kebersihan. Pokoknya, rumahnya aman dan bersih.
Walaupun, kemudian si Auk ini sedikit memberi perhatian
keadaan komplek dan menemukan ada hal-hal baru seperti ada dua jenis satpam (PT
KJS dan HIWASBIH) terus juga ada truk sampah milik Kota Medang yang selama ini
tak pernah datang ke komplek ini.
Masalahnya semakin membesar. Beberapa warga di sekitar rumah
Auk di Blok N dan G, mulai kasak-kusuk. Dia pun nguping-nguping cerita
tetangga. Akhirnya, Auk terlibat beberapa kali bertemu di rumah Bang BS, sebuat
saja namanya demikian (rumahnya tak jauh dari rumah Auk). Dari cerita-cerita
ini kemudian Auk mulai memahami alur persoalan di komplek ini.
Kesimpulannya begini, beberapa kelompok warga tak setuju
kalau pengelolaan komplek ini kembali diambil HIWASBIH. Pertama, warga tak
yakin HIWASBIH dapat dengan baik melakukan pengelolaan. 10 tahun lalu, ketika
KSPU HIWASBIH yang mengelola, warga merasakan tak mendapat pelayanan prima. Kedua,
gerakan HIWASBIH juga seolah-olah dilakukan dari Mesjid. Ini membuat gak enak
hati warga non muslim. Apalagi si Auk ini muslim juga. Padahal
seharusnya HIWASBIH itu merupakan wadah warga yang plural dan tidak hanya pada
satu agama saja. Ketiga, cara-cara HIWASBIH yang ingin mengambil alih secara
tiba-tiba pengelolaan keamanan dan kebersihan tanpa dibicarakan dengan warga,
membuat warga menjadi tak senang. Apalagi HIWASBIH kemudian langsung membuat “pasukan”
satpam dan menggandeng aparat Kota Medang menangani kebersihan.
Kemudian digagaslah pertemuan seluruh warga komplek di
kantor PT IWU. Lupa pulak tanggalnya, tapi pertemuan itu, dimoderatori oleh si
Auk. Dalam pertemuan itu, hadir Pak MP, sebuat saja demikian (mantan wakil
walikota Medang).
Ketika itu, Auk berharap pak MP ini bisa menjadi tokoh warga
komplek yang mendengar aspirasi warga. Bagi Auk ketika itu, Pak MP ini bisa
menjadi saluran aspirasi warga yang tidak setuju akan pengambilalihan pengelolaan
komplek oleh HIWASBIH. Tapi, jauh panggang dari api, Pak MP malah habis-habisan
membela HIWASBIH dan mengajak warga yang hadir mendukung gerakan HIWASBIH
mengambilalih pengelolaan komplek. Warga protes dan beberapa kali menyoraki pak
Mp karena emosi.
Rapat malam itu tak menghasilkan apapun, kecuali mendapat
kesan Pak MP sudah berpihak ke HIWASBIH. Auk juga sempat bicara dengan Pak MP
dan mengatakan bahwa ia harusnya netral saja. Karena banyak juga warga yang
tidak setuju HIWASBIH mengelola komplek ini. Tapi ia malah mengajak Auk bergabung.
Auk menolaknya. Ini bukan urusan dia mau menjadi pengurus HIWASBIH. Auk gak mau
jadi pengurus HIWASBIH. Malas saja, katanya, karena diisi oleh orang-orang yang
menurutnya punya track record tidak baik.
Setelah pertemuan warga di kantor PT IWU itu, kami kemudian
menggelar rapat-rapat di rumah bang BS. Auk tetap hadir untuk bisa menyerap
informasi sebanyak-banyaknya. Dalam beberapa pertemuan, Auk mendengar adanya
isu SARA yang dikirim melalui SMS. Warga muslim yang ikut kelompok penentang HIWASBIH
dilarang disholatkan di mesjid kalau nanti meninggal dunia. Alasannya, HIWASBIH
itu diisi oleh orang-orang mesjid komplek. Maka itu, kalau ada yang muslim ikut
menentang HIWASBIH maka dianggap berseberangan dengan mesjid dan mayatnya gak
usah diurusin. Auk membaca sms itu dari beberapa orang yang hadir dalam
pertemuan di rumah bang BS.
Ketika itu Auk berpikir kok bisa begini.
Tapi Auk tenang-tenang
saja. Auk berpikir toh gak ikut di sms. Tetapi sehari setelahnya, Auk menerima
sms yang isinya sama dengan yang diatas. Bangsat!!! Auk kemudian marah dan
mengirimkan ratusan sms balasan kepada nomor yang mengirim sms itu. Auk bilang
pada yang kirim SMS, tak elok ia membawa-bawa nama mesjid. Apalagi sampai
menteror warga dengan isu yang berbau SARA tersebut. Eh, tak terduga, malah
dibalas dengan sms macam-macam lagi-lagi soal mesjid dan berbau SARA. Auk makin
berang.
Di tengah keberangannya, tiba-tiba ada pula kawan sebut saja
berinisial ID, yang ngaku sebagai sekretaris HIWASBIH. Dibilangnya pulak, bahwa
mendukung HIWASBIH itu jihad. Lha ini mau jihad apa, tanya Auk? Emangnya HIWASBIH
mau jadi ormas Islam? Ngawur ini kawan!!! Kalau mau jihad ke Palestina aja,
Lek!
Kembali ke soal sms, setelah balas membalas, sms beberapa
hari, Auk kemudian memutuskan mengadukan masalah ini ke Pak MP. Pak MP juga
kebetulan ketua Ikatan Kerukunan Muslim Tasbih (IKMT). Dalam sebuah percakapan
dengan pak MP, Auk bilang, bahwa dia mendapatkan ancaman teror. Auk bilang juga
ini sangat berbahaya jika benar ada orangnya.
Jawaban yang mengejutkan bagi Auk adalah, bahwa pak MP bilang
mengatahui siapa yang mengirim sms itu. F***CK!!! Auk kemudian minta pak MP
agar segera meminta orang tersebut berhenti mengirim sms teror atau dia akan
segera lapor ke polisi dengan memakai UU ITE.
Pak MP ketika itu berjanji akan meminta orang yang
diketahuinya sebagai pengirim sms itu, tak lagi melakukan perbuatannya. Namun,
ternyata, Auk beberapa hari kemudian, masih mendapatkan sms teror lagi.
ASU.....!!!!
Setelah itu, konflik semakin melebar. HIWASBIH memasang
spanduk-spanduk untuk meminta warga membayar uang IKK kepada mereka. Mesjid juga
“dipakai” HIWASBIH untuk menjelaskan masalah ini. Usai sholat Jumat, seseorang
yang mengaku sebagai ketua HIWASBIH berdiri di depan mimbar mesjid sembari mengajak warga untuk mendukung HIWASBIH. Auk hadir dan merekam
pertemuan itu. Di awal pertemuan, seorang jemaah sholat Jumat bernama Pak Mus,
diusir dari mesjid karena sempat protes. Ia berteriak dan meminta agar mesjid
tak ikut campur urusan HIWASBIH. Auk setuju dengan Pak Mus, tapi tak berani
seperti pak Mus ini. Hehehe. Maka itu, Auk cuma merekam pertemuan itu dan
menjadikannya dokumentasi. Anda bisa melihatnya di channel Youtubenya.
Pada suatu sore, sekelompok satpam PT KJS gerah. Mereka
merasa tak cocok kalau ada pengelola lain di komplek yang mereka jaga. Maka
(mungkin) atas restu komandannya, sekelompok satpam PT KJS menurunkan spanduk HIWASBIH.
Aksi penurunan spanduk ini memicu kemarahan. “Pasukan” satpam HIWASBIH marah. Mereka
kemudian meminta satpam PT KJS untuk mengembalikan spanduk mereka. Bentrokan
tak terelakkan. Lempar-lemparan batu terjadi tepat di depan pintu komplek. Seorang
satpam luka kena lemparan batu. Peristiwa memalukan ini mencoreng nama baik
Komplek Tasbih. Para petinggi HIWASBIH meluruk ke arena “perang”, sedangkan
pihak-pihak yang menentang HIWASBIH juga datang. Warga berhadap-hadapan dengan
warga. Ini memang peristiwa memalukan. Dan Auk, terlambat datang kesana.
Setelah itu, rapat-rapat warga yang menentang HIWASBIH
mengkrucut dengan satu ide. Jika melawan “kesewenang-wenangan” HIWASBIH dengan
sendiri-sendiri, tentu tak akan bisa. Maka itu dibentuklah sebuah Paguyuban
Warga Perumahan Tasbih (PagarTasbih). Auk dipercaya sebagai ketuanya.
PagarTasbih juga kemudian intens berkomunikasi dengan PT IWU
dan PT KJS untuk meningkatkan pelayanannya pada warga. Auk (bersama kawan-kawan
di PagarTasbih) juga bertemu dengan pemilik PT IWU dan Pak YSBB. Dalam pertemuan itu, Auk menyatakan statemen
bahwa warga sebenarnya hanya ingin hidup damai dan tenang. Urusan pengelolaan
keamanan dan sampah tolong diurus sebaik-baiknya. PT IWU dan Pak YSB diminta Auk
agar membuka diri terhadap penambahan fasilitas-fasilitas warga seperti
pemasangan jaringan gas, fiber optic dll di komplek. Hal ini karena sebagai
developer, PT IWU masih menguasai komplek ini secara de facto dan de jure.
Ke depan, Auk memimpikan PagarTasbih bisa menjadi sarana komunikasi
warga komplek ini yang berbasis pluralitas. Tak ada sentimen agama, etnis
ataupun kelompok kepentingan disini. PagarTasbih juga tak berminat mengurusi proyek
keamanan dan kebersihan dan ingin fokus saja sebagai wadah yang menjembatani
warga dengan para pemangku kepentingan diluar komplek. Intinya, PagarTasbih
ingin warga bisa hidup tenang, aman, nyaman berdampingan dengan tetangga mereka
tanpa rasa curiga apapun.
Kini ada beberapa persoalan yang harus segera diselesaikan,
misalnya, PT IWU dan Pak YSBB harus bisa lebih terbuka dan mendengar suara
warga komplek Tasbih. Fasilitas-fasilitas umum dan sosial harus tetap
dipertahankan. Area kolam renang dan lapangan golf misalnya, harus tetap
menjadi ruang hijau. Juga lapangan sepak bola. Komersialisasi yang berlebihan
atau eksploitasi lahan komplek Tasbih harus memperhitungkan aspek sosiologis
dan kemaslahatan bagi seluruh warga. Jika ini bisa dilaksanakan PT IWU dan Pak
YSBB, Auk yakin, semua warga akan mendukungnya. Pak YSBB juga jangan
pelit-pelit kali (ingat lho pak, bapak udah sakit2an. Banyak2 sedekah itu
membuat panjang umur). Beberapa area harusnya dihibahkan untuk kepentingan warga
sehingga, warga bisa mendapatkan manfaat. Toh Pak YSBB ini juga sudah banyak
mendapatkan keuntungan finansial dari harga lahan dan membangun perumahan
berharga mahal ini.
Untuk kawan-kawan PagarTasbih, semoga tetap kompak. Gak usah
terlalu banyak mikir. Kita niatkan saja bahwa paguyuban ini dari warga dan
untuk warga. Gak usah curiga-curigaan sesama kawan pendukung PagarTasbih. Lha
wong ini paguyuban biasa aja kok. Bukan parpol. Santai-santai saja kita
mengelola PagarTasbih ini sembari bertetangga dengan baik.
Kepada teman-teman HIWASBIH juga mestinya bisa “mundur
selangkah”. Tak usalah terburu-buru dan bertahan pada kondisi sekarang ini.
Kalau memang niat kali mengelola keamanan dan kebersihan, dirundingkan ulang.
Bicaralah baik-baik dengan seluruh warga. Undanglah warga untuk
menyosialisasikan keinginan itu. Jangan pula hanya diputuskan oleh beberapa “kepala”
saja. Tak elok itu, bro!
Kemudian kalau memang merasa juga paling berhak, ya digugat
saja PT IWU ke PTUN. Kan panjenengan merasa benar menurut aturan UU. Ya maenkan
saja secara hukum. Gak usah pakai kudeta. Cukuplah di Turki saja yang pake
kudeta. Satpamnya juga saya lihat masih ada di komplek ini. Cuma ya itu,
satpamnya “berkeliaran” di sekitar rumah Pak MP dan anggota wakil keraton
berinisial AN. Dan yang buat si Auk palak, menjaga pulak di kantor sebelah Alfa
Mart itu. Kasihan lah wak, pake perasaanlah, orang-orang ditarik uang IKK nya,
tapi yang dijaga cuma rumah uwak saja. Ya demikian, terimakasih sudah mau membaca, Son!!!
Auk Andriani
Kota Medang, 16 Juli 2050
No comments:
Post a Comment