Sejak dua pekan ini saya selalu merasa ada yang kurang, saat menikmati pagi di rumah. Enggak tahu apa itu. Namun, setelah menelisik saya kemudian sadar ada yang berubah di lingkungan rumah saya. Ya, gak ada lagi pagi dimana saya mendengar suara si uwak tukang sampah yang berteriak parau memberitahu para penghuni komplek kami, untuk mengumpulkan sampah di depan rumah. Kemana dia? Awalnya saya berpikir si uwak itu sakit atau sedang berhalangan. Tapi ketika saya menyaksikan selama tiga hari ada sebuah pick up yang mengangkati sampah di depan rumah, saya kemudian sadar, bahwa si uwak tukang sampah itu tak lagi bekerja.
Iseng saya tanya ke supir pick up pengangkut sampah soal pekerjaan mereka. Pengakuan si supir mereka digaji oleh sebuah perusahaan yang kini mengambil alih urusan kebersihan di komplek perumahan saya. Semuanya sekarang sudah ditangani perusahaan, bang, katanya pada saya.
Jadi bagaimana nasib si uwak tukang sampah itu? Dia di berhentikan dengan hormat, karena tidak efisien mengangkut sampah dengan gerobak dorong. Butuh banyak tenaga. Lebih baik menggantikannya dengan mobil pick up sehingga bisa menghemat jumlah pekerja.
Saya tak punya urusan dengan pergantian model pengangkutan sampah atau soal efisiensi. Tapi saya menyesal karena kehilangan salah satu agen rezeki saya. Si uwak tukang sampah yang saya pun tak tahu namanya itu, sudah memberi banyak rezeki pada saya. Loh kok bisa? Seorang tukang sampah memberi rezeki pada saya? Begini ceritanya.
Saya suatu hari kesusahan uang. Perlu duit tapi gak tahu mendapatkannya dimana. Keluar dari pagar rumah, saya menjumpai si uwak tukang sampah itu. Dia menyapa saya dengan ramah. Sambil memanaskan mesin mobil, saya memperhatikan si uwak tukang sampah itu. Kasihan benar dia. Bekerja sekotor itu tapi penghasilannya tak memadai. Saya kemudian mengambil uang sisa parkir di asbak mobil dan memberikan pada si uwak tukang sampah. Dengan riang gembira si uwak menerima pemberian saya, seraya mengucapkan terimakasih.
Saya kemudian berangkat dengan penuh harapan untuk menjemput rezeki-rezeki yang sudah digariskan Alloh. Hasilnya, alhamdulillah, jalan dan rezeki saya lapang hari itu. Malam hari, jelang tidur saya merenung. Mungkinkah kelapangan rezeki yang saya peroleh karena saya memberi pada si uwak tukang sampah tadi pagi. Ah mungkin itu jalan hidayah yang ditunjukkan Alloh.
Beberapa hari kemudian, saya coba lagi. Saya sengaja menunggu si uwak itu lewat di depan rumah dan mengangkat sampah di bak. Saya datangi dia dan memberikan beberapa lembar uang. Dia kembali menunjukkan rasa gembiranya. Hasilnya, saya dilapangkan lagi rezeki hari itu. Berkali-kali dan terus menerus terulang.
Kini, si uwak tukang sampah itu tak muncul lagi. Tak ada lagi agen rezeki saya yang tiap hari lewat di depan rumah. Sering kalau saya melihat mobil pick up sampah lewat di depan rumah, disitu kadang saya merasa sedih. Halah....
Medan, 1 April 2015
Wednesday, 1 April 2015
Kapitalis Tukang Sampah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment